Senin, 27 Oktober 2008
Chin Chin yang Sederhana
Oleh:Marlin
ADA anggapan, meningkatnya kekayaan seseorang berbanding lurus dengan tingkat kepongahannya. Orang kaya acap kali pongah, sedangkan yang miskin (biasanya) jujur dan sederhana. Namun Trisulowati alias Chin Chin adalah perkecualian. Perempuan asli Blitar ini dari dulu tetap bersahaja, baik tutur kata maupun penampilannya.
Padahal dia adalah perancang sekaligus pemilik The Empire Palace, sebuah bangunan baru supermegah bergaya Eropa di Jl Blauran, Surabaya. Konon, pembangunan Empire Palace menghabiskan dana hingga Rp 500 miliar rupiah.
"Saya ini bukan siapa-siapa. Latar belakang keluarga juga tidak ada yang istimewa. Saya bukan keluarga konglomerat. Tapi justru karena bukan siapa-siapa itulah, saya ingin memberikan sesuatu yang berharga buat masyarakat Surabaya," tutur Chin Chin saat ditanya motivasinya membangun Empire Palace.
Kala menghadiri acara halal bihalal alumni SMAN I Blitar di Rumah Makan Biyung, Surabaya, 19 Oktober 2008 lalu, Chin Chin mengenakan jins belel dipadu baju putih, dan bersandal jepit. Sama sekali tak tampak bahwa dia adalah arsitek hebat, presdir PT Blauran Cahayamulia.
Tampilan apa adanya itu yang membuat Chin Chin jadi bahan gojlokan Prof dr Boediwarsono SpPD-KHOM, yang siang itu bertindak sebagai MC sekaligus 'pelawak'. "Jins murahan, baju dari kain mori, terus sandalan jepit. Sampeyan itu kayaknya kok nggak cocok jadi orang kaya ya," gojlok profesor yang mengklaim sebagai duplikatnya Elvis Presley itu.
Tak mau kalah, di akhir tawanya Chin Chin pun menjawab lugas, "Ya justru dengan begini ini saya bisa kaya prof." Jawaban yang membuat seluruh undangan tertawa. Chin Chin ternyata mampu mengimbangi gayak kocak Pror Boediwarsono. Dia baru berubah serius saat diminta membeber resep suksenya selama ini. "Yang penting kita harus yakin bisa. Apapun yang kita inginkan, kalau kita yakin bisa, berarti 90 persen akan kesampaian," tuturnya, kali ini disambut tepuk tangan para undangan.
Sosok Chin Chin tak beda jauh dengan Agus Suhendro, kakaknya yang juga teman seangkatanku saat SMA. Pintar, sederhana, murah senyum, dan tak pernah membeda-bedakan teman. Begitulah Agus. Meski tak pernah satu kelas, Agus cukup akrab denganku karena sama-sama naik sepeda pancal saat berangkat-pulang sekolah. Kebetulan rumahnya satu jurusan denganku. Kini Agus jadi kontraktor sukses di Surabaya, sebagaimana sang adik.
Kembali ke Chin Chin, siang itu dia tak cuma menyokong dana dan kue, tapi juga suara. Mengaku tak pernah belajar menyanyi, toh lagu Sepanjang Jalan Kenangan yang dipopulerkan Tetty Kadi mampu dia bawakan dengan apik. "Hujan yang rintik-rintik, di awal bulan itu, menambah nikmatnya malam syahdu," syair ini lembut mengalun dari bibirnya. (*)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar